Diskusi Ilmiah “Konservasi Penyu Nias” UNIRAYA Bersama Rumah Penyu Nias
Diskusi Ilmiah “Konservasi Penyu Nias” UNIRAYA Bersama Rumah Penyu Nias
Universitas Nias Raya, Senin (13/02/2023), Universitas Nias Raya Melaksanakan Diskusi Ilmiah tentang Konservasi Penyu Nias bersama Founder Rumah Penyu Nias, Bapak Yafaowolo’o Gea, S.S., M.Sc., M.A., dan Bapak Yan Piter Basman Ziraluo, M.M., M.Pd. Kegiatan ini diawali dengan kegiatan Diskusi Ilmiah yang dibuka oleh Bapak Rektor Dr. Martiman Suaizisiwa Sarumaha, M.Pd.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat lewat civitas akademika untuk bersama-sama melindungi hewan-hewan yang hampir terancam punah, salah satunya penyu. Banyak dari kita kurang menyadari bahwa ternyata penyu ini sudah dilindungi oleh Undang-undang berdsarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Artinya segala bentuk perdagangan penyu baik dalam keadaan hidup, mati maupun bagian tubuhnya itu dilarang.
Kedua Narasumber membungkus materi dengan sangat baik dan menyenangkan. Kenapa penyu bisa punah? Karena penyu bertelur 2-8 tahun sekali dan penyu ini bisa bertelur di umur 35 tahun lebih. Ketika satu ekor penyu dimakan, bayangkan berapa lama penyu ini bisa berkembang biak kembali. Telurnya bisa mencapai 100-200 butir, namun tidak semua bisa menjadi tukik. Menurut penelitian para ahli hanya 1 dari seribu penyu yang bertelur yang dapat bertahan hingga dewasa.
Rumah Penyu Nias yang berlokasikan di Jl. Pelud Binaka No. 219 Gunungsitoli 22671 sudah memulai untuk melakukan konservasi terhadap penyu sejak Agustus 2022 lalu. Disana terdapat Penyu Belimbing, penyu olive ridley (paling banyak ditemukan) dan saat ini sudah menetaskan Penyu Hijau yang sudah hampir punah. Jenis penyu ini sering diburu karena cangkangnya dijadikan goyo, kipas, tali pinggang, gelang, kalung, dan dagingnya punya khasiat untuk pengobatan.
Kenapa penyu ini harus dijaga dan dilindungi? Karena penyu memiliki peran penting dalam menjaga kesimbangan ekosistem. Penyu Memakan ubur-ubur yang memakan anak-anak ikan (Juvenile). Jika ubur-ubur semakin banyak, maka populasi ikan-ikan semakin menurun jadi penyu bertugas untuk mengontrol rantai makanan sehingga ikan-ikan banyak berkembang. Penyu juga memakan kerang-kerang diantara batu karang, Memakan rumput laut sehingga populasi rumput laut bisa terkontrol dan juga menyediakan habitat bagi makhluk lain.
Kegiatan ini bukan hanya sekedar diskusi ilmiah tapi dilanjutkan dengan aksi nyata yaitu pelepasan tukik (anak penyu) bersama-sama keesokan harinya tanggal 14 Februari 2023. Tanggal ini memang sengaja dipilih karena sekaligus untuk merayakan hari Kasih Sayang untuk alam kita yang tercinta ini. See you in Pulau Onolimbu!!! (FT. AN)