Telukdalam, 25 Juni 2024- Seminar Sejarah Kolonialisme di Kepulauan Nias diadakan di aula kampus Universitas Nias Raya. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari yang terdiri dari 2 rangkaian acara hari pertama adalah Seminar Sejarah Kolonialisme di Kepulauan Nias hari kedua adalah Focus Discussion Group (FDG). Kegiatan ini didukung oleh Vrieje University Amsterdam dan Pressing Matter sebuah proyek besar tentang penelitian dekolonisasi yang didukung Pemerintahan Belanda.
Acara di buka secara resmi oleh Rektor Universitas Nias Raya, Dr.Martiman Sarumaha.,M.Pd dan dihadiri oleh civitas akademika Uniraya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Ibu Anggreani Dakhi, S.E., M.Si., ketua Yayasan Pusaka Nias, P.Dionisius Laia,OFM Cap., Kepala Desa Bawömataluo Bapak Taruna Wau, tokoh adat Orahili Bapak Ama Dian Wau, tokoh adat Hilinawalö Bapak Ama Arwan Harefa, tokoh adat dari desa Hilinamöniha Bapak Ama Nifatörö Laia, Tokoh adat dari Himpunan Masyarakat seKepulauan Tello Bapak Arfan Zamili, serta aktivis budaya muda.
Seminar ini menampilkan dua pembicara utama yaitu Dr. Sadiah Boonstra,MA.,MA, peneliti post-doktoral proyek Pressing Matter dan Dr. Juang Solala Laiya.,M.Sn dosen di Universitas Nias Raya. Acara ini dipandu oleh bapak Agustin Sukses Dakhi,S.Sos.,M.Pd, selaku moderator. Kedua pembicara menyajikan materi mendalam mengenai sejarah kolonialisme di Kepulauan Nias, menjelaskan dampaknya terhadap budaya dan identitas lokal.
Dr. Juang Solala Laiya, M.Sn., menjadi pembicara pertama dengan mengangkat judul “Dekolonisasi Akal Budi”. Beliau memberikan perspektif yang mendalam mengenai proses dekolonisasi dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi pemikiran serta budaya masyarakat Nias. Kemudian Pembicara kedua, Dr. Sadiah Boonstra, MA, MA, menyampaikan materi dengan judul “Antropologi Wajah Manusia”. Pembahasan tentang antropologi dan bagaimana wajah manusia dapat mencerminkan sejarah dan pengaruh kolonialisme serta penjelasan tentang 64 cetakan muka orang Nias berbahan gipsum yang dibuat oleh seorang antropolog fisik bernama Johannes Pieter Kleiweg de Zwaan pada tahun 1901. Cetakan muka tersebut dipajang di museum Belanda namun sejak beberapa tahun ini cetakan muka orang Nias tidak lagi dipajang karena dianggap menimbulkan isu rasis.
Acara hari pertama juga diwarnai dengan sesi tanya jawab interaktif, yang memungkinkan peserta untuk berdiskusi langsung dengan para ahli, meningkatkan pemahaman mereka tentang topik yang dibahas.
Bersambung..
Dokumentasi:
Sukses untuk Universitas Nias Raya
Kegiatannya sangat mengedukasi peserta. Terimakasih kepada peserta
Bersama UNIRAYA kita sukses 🤝🤗
Sukses buat UNIRAYA