Gaung Universitas Nias Raya hingga Negara Benua Eropa

Universitas Nias Raya, 15 Februari 2023 Uniraya yang diwakili oleh Bapak Rektor- Dr Martiman Su’aizisiwa dan Ibu Wakil Rektor-Dr Rebecca Evelyn Laiya, diundang menghadiri kegiatan Biannual Consortium Meeting Pressing Matter Ancestrality di Museum Wereld Museum Laiden, Belanda. Ini merupakan  sebuah pertemuan tahunan yang tujuannya  untuk melakukan diskusi tentang meluruskan kesalahan sejarah yang  bersumber pada masa  kolonialisme. 
Undangan ini merupakan kelanjutan Dari riset bersama yang telah dilakukan oleh Uniraya dan tim Pressing Matter sehingga pada kesempatan ini Uniraya juga diundang untuk melakukan presentasi akan hal ini.
Topik  bahasan yang dipresentasikan adalah tentang sebuah penelitian yang dilakukan  oleh J.P Kleiweg de Zwaan 1910,seorang  antropolog yang ingin mengetahui berbagai ras orang Indonesia dengan cara membuat topeng dari wajah orang dari berbagai tempat di Indonesia. Tapi dalam konteks kolaborasi ini tim peneliti hanya berkonsentrasi dengan wajah orang Nias. Wajah orang Nias yang dibuat topeng diambil daril para tahanan yang berasal dari Nias yang berjumlah 64 buah.
Pembuatan topeng merupakan proses yang menyakitkam. Wajah para tahanan diberikan semen dan harus dilakukan selama beberapa jam agar kering sempurna. Ketika diberikan semen para tahanan hidungnya harus diberikan pipa untuk membantu pernafasan mereka. Dan proses ini merupakan pengalaman yang kurang menyenangkan.
Dan pada riset kolaborasi ini, ingin digali bagaimana masyarakat Nias menerima topeng-topemg yang telah dibuat oleh J.P Kleiweg de Zwaan ini. Juga ingin mengetahui apakah maknanya bagi masyarakat Nias. Apakah makna topeng ini ada hubungannya dengan budaya Nias.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan forum diskusi di kampus bersama para dosen dan mahasiswa Uniraya melalui kuliah umum. Dan juga dilakukan penelusuran nama dan desa asal orang-orang yang telah dibuat topengnya oleh De Zwaan. 
Lalu diikuti dengan mencari tahu apakah makna  pemakaian topeng yang disebut mbawa bekhu atau wajah setan bagi masyarakat Nias di desa adat Hilisimaetanö
Dan akhiri dengan mencari keturunan satu orang wajahnya dibuat topeng di desa Tumöri Nias Utara.
Ada beberapa hal yang didapatkan melalui pengumpulan data ini yaitu asal orang-orang yang dibuat topengnya tidak ada yang berasal dari Nias Selatan. 
Makna topeng mbawa bekhu bagi masyarakat Nias adalah satu perlengkapan perang bagi para pimpinan pasukan untuk berperang agar mereka mendapatkan kekuatan, karena topeng itu punya kekuatan magis tidak ada korelasi hubungan makna dengan topeng-topeng yang dibuat oleh de Zwaan.
Dan berdasarkan berbagai pendapat dari dosen, mahasiswa serta masyarakat yang kami temui ditarik kesimpulan sementara ada dua pandangan yaitu pandangan pertama topeng-topeng tersebut merupakan sesuatu yang baru bagi mereka dan ingin tetap dipertahankan karena merupakan bagian sejarah dunia. Namun di sisi lain topeng-topeng tersebut bermakna pengalaman yang kurang menyenangkan bagi masyarakat Nias. 
Penelitian bersama masih berlanjut hingga tahun 2024 melalui forum diskusi dan pameran di Universitas Nias Raya.
Kesempatan Uniraya untuk hadir dan berbicara di forum internasional sungguh merupakan kesempatan yang luar biasa dan hal ini sekali lagi menunjukkan bahwa Universitas Nias Raya kampus lokal bertalenta global.

Dokumentasi:

One Reply to “Gaung Universitas Nias Raya hingga Negara Benua Eropa”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *