Florence, Italia – Dalam langkah bersejarah untuk melestarikan dan memperkenalkan warisan budaya Indonesia ke dunia internasional, Universitas Nias Raya (UNIRAYA) bersama Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) telah melakukan kegiatan publikasi katalog “Warisan Budaya Ono Niha” di Museum Antropologi dan Etnologi Florence, Italia sebagai bentuk implementasi kerjasama kedua perguruan tinggi.
Publikasi yang dilakukan berfokus pada warisan budaya Ono Niha (masyarakat Nias) yang kaya akan nilai-nilai filosofis dan historis. Katalog ini dapat terlaksana juga karena hibah dari Wikimedia.
Tim penulis yang terlibat dalam publikasi katalog prestisius ini terdiri dari empat akademisi terkemuka, yaitu R. Ahmad Ginanjar Purnawibawa dari Undiksha serta Dr. Martiman S. Sarumaha, Dr. Juang Solala Laiya, M.Sn., dan Dr. Rebecca Evelyn Laiya, MRE dari Universitas Nias Raya.
-
Ahmad Ginanjar Purnawibawa yang merupakan kandidat Doktor di University of Naples “L’Orientale”, dan juga merupakan seorang dosen di Undiksha menemukan kekeliruan identifikasi koleksi Nias di Museum Antropologi Florence yang menyebut “Isola Nias, Malesia” alih-alih Indonesia. Kesalahan ini bersumber dari catatan Elio Modigliani tahun 1890, namun telah dikoreksi setelah peneliti berdiskusi dengan kurator. Temuan ini mengangkat isu tentang akurasi narasi koleksi Indonesia di museum luar negeri dan pentingnya pendekatan dekolonisasi yang tidak hanya fokus pada repatriasi, tetapi juga penyusunan narasi bersama dengan komunitas asal.
Dr. Martiman S. Sarumaha membahas pentingnya pelestarian warisan budaya, khususnya warisan budaya Nias. Disebutkan bahwa warisan budaya terbagi menjadi dua kategori utama: warisan budaya benda (seperti monumen, situs arkeologi, dan artefak) dan warisan budaya tak benda (bahasa, tradisi, praktik sosial, dan pengetahuan) dalam sambutannya. Serta menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat dalam pembuatan katalog “Warisan Budaya Nias di Italia” yang bertujuan membantu generasi muda memahami dan mencintai warisan budaya leluhurnya.
Dr. Rebecca Evelyn Laiya, MRE membahas pentingnya bahasa daerah sebagai pintu untuk memahami budaya dan bagaimana keberadaannya terancam punah. Penelitian Prof. Wu Gumming menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa ibu berpengaruh terhadap pemahaman bahasa lain.
Dr. Juang Solala Laiya, M.Sn. Mengatakan bahwa salah satu tantangan signifikan dalam pemaknaan benda budaya Nias adalah konsep keaslian, di mana budaya sering kali dianggap sebagai sesuatu yang murni dan steril dari pengaruh luar. Namun, pandangan ini tidak sejalan dengan kenyataan historis. Budaya Nias, seperti budaya lainnya, merupakan
hasil dari interaksi dinamis dengan budaya lain, migrasi, dan adaptasi sosial selama berabad-abad.
Proyek digitalisasi koleksi etnografis Nias di Museum Florence bertujuan menghubungkan masyarakat Nias dengan warisan budayanya. Katalog ini berfungsi tidak sekadar dokumentasi artefak, tetapi sebagai medium pembangunan pengetahuan kolektif.
Tantangan utamanya adalah menghindari bias kolonial dan dominasi narasi tertentu. Solusinya melalui konsultasi inklusif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Proyek ini merupakan proses berkelanjutan dengan strategi pembacaan ulang makna, representasi, dan penciptaan ulang benda budaya, sehingga menjadi alat transformasi budaya yang efektif dan inklusif. (ML, LD, AL).
Dokumentasi: