Tumöri, 19 November 2025 – Universitas Nias Raya (Uniraya) bersama tim peneliti Pressing Matter dari Belanda melakukan penelitian lanjutan mengenai cetakan wajah Tuada Katumbukha. Kegiatan tersebut dilangsungkan di Kantor Desa Tumöri dan dihadiri oleh perwakilan keluarga Katumbukha, Museum Pusaka Nias, peneliti dari Belanda (Sadiah Boonstra, PhD), serta tim dari Universitas Nias Raya [Rektor Uniraya (Dr. Martiman S. Sarumaha), Wakil Rektor III Uniraya (Dr. Rebecca Evelyn Laiya, MRE), KA. Biro Kerjasama (Noventinus Zagoto, S.E., M.Ak), Wakil Dekan FST (Mitranikasih Laia, S.Si., M.Sc)].
Acara diawali dengan sambutan dari Rektor Uniraya. Dalam pidatonya, beliau menekankan pentingnya menggali dan mendokumentasikan sejarah sendiri. “Kita harus terus menggali informasi ini. Jangan sampai cerita tentang kita justru ditulis oleh orang Eropa. Saatnya kita sendiri yang menulis tentang diri kita,” ujarnya.
Selanjutnya, perwakilan tim peneliti dari Belanda menyampaikan sepatah kata. Ia mengungkapkan bahwa kunjungan ini sudah yang kesekian kalinya dilakukan ke Nias untuk mencari informasi yang akurat tentang cetakan wajah Tuada Katumbukha.
Kepala Desa Tumöri juga memberikan sambutan hangat. Ia menyatakan kesiapan desa untuk mendukung peneliti dari Belanda dan Uniraya dalam mengumpulkan data dan informasi langsung dari lokasi. “Desa Tumöri tidak keberatan dengan penelitian ini. Justru kami sangat mendukung. Kami juga ingin cerita rakyat kami dapat diteliti dan dikenal lebih luas,” tegasnya.
Yang menarik, informasi baru diungkap oleh pihak keluarga keturunan Katumbukha. Salah seorang anggota keluarga, Kakek Ama Sua, menjelaskan bahwa cetakan wajah yang selama ini dikenal sebagai wajah Katumbukha sebenarnya adalah wajah ayahnya. “Dulu di Tumöri, orang tua tidak dipanggil dengan nama aslinya, tetapi dengan sebutan ‘Ama’ diikuti nama anak sulung. Karena Katumbukha adalah anak sulung, ayahnya dipanggil Ama Katumbukha. Namun, saat pencatatan, hanya nama ‘Katumbukha’ yang tertulis, tanpa ‘Ama’,” jelasnya.
Inti dari penjelasan ini adalah, cetakan wajah yang selama ini dianggap sebagai wajah Katumbukha, sebenarnya adalah wajah ayahnya, Ama Katumbukha.
Di penghujung acara, tim peneliti Pressing Matter dan perwakilan Uniraya mengunjungi rumah keturunan Katumbukha untuk melihat langsung duplikat cetakan wajah Ama Katumbukha. (SH)
Dokumentasi:

