Universitas Nias Raya, 29 Juni 2025, Desa Hilisimaetanö menjadi saksi sejarah kembalinya warisan budaya yang disimpan di negeri yang jauh yaitu di negeri Belanda.
Warisan budaya tersebut merupakan ekaman suara leluhur Nias yang direkam dan didokumentasikan oleh seorang etnomusikolog dari Belanda bernama Jaap Kunst, pada tahun 1930-an, akhirnya kembali ke tanah asalnya setelah hampir satu abad tersimpan di tempat yang jauh
Acara bertema “Suara yg Pulang” dikemas menjadi kuliah umum yang dihadiri oleh masyarakat adat, akademisi, dan pejabat pemerintah, serta diramaikan dengan pertunjukan Hoho tradisional sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan budaya. Adapun kegiatan ini didukung oleh banyak pihak yaitu Doni Kristian Dakhi sebagai salah seorang pegiat budaya muda, Kepala Desa Hilisimaetanö, Disbudparpora Kabupaten Nias Selatan, Universiteit Van Amsterdam dan Universitas Nias Raya.
Acara ini dibuka dengan beberapa kata sambutan dan dilanjutkan dengan arahan dan bimbingan dari Ibu Kadis Disbudparpora Ibu Anggreani Dakhi.
Ama Felma Dakhi, perwakilan Si’ulu dan Si’ila Desa Hilisimaetanö, menyampaikan rasa syukur yang mendalam. “Kami tidak tahu bahwa warisan kami sudah direkam dan disimpan di Belanda. Tapi karena cinta dan doa bersama, akhirnya suara leluhur kami kembali hari ini, kami sangat berterima kasih karena suara leluhur kami telah dipulangkan” Ujarnya dengan penuh rasa terimakasih.
Sementara itu, Ama Stefani Dakhi, cucu dari salah satu tokoh yang direkam oleh Jaap Kunst. “Hari ini, kami bersyukur karena suara leluhur kita masih bisa didengar, Semoga dapat menyemangati kami untuk memajukan desa Hilisimaetanö” ujarnya.
Ketua Yayasan Pendidikan Nias Selatan, Bamböwö Laiya, MA., mengingatkan pentingnya belajar dari Belanda dalam hal pelestarian budaya. “Kita harus akui, Belanda sangat teliti menjaga warisan kita. Oleh karena itu kita harus belajar dari mereka untuk melestarikan segala budaya dan memeliharanya” Tegasnya.
Dalam arahan dan bimbingan Kadis Disbudparpora Angreani Dachi, S.P.,M.Si, menyampaikan “Ini baru awal. Kita harus terus bekerja sama untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan warisan ini. Jangan sampai hilang seperti angin lalu,”
Kemudian dilanjutkan dengan kuliah umum.Barbara Titus, Associate Professor of Cultural Musicology dari Universiteit van Amsterdam (UvA), hadir sebagai pembicara utama. Ia memimpin proyek pengembalian rekaman tersebut dan menjelaskan betapa pentingnya dokumentasi Jaap Kunst bagi dunia. “Jaap Kunst tidak hanya merekam suara, tapi juga ingatan kolektif masyarakat Nias. Ini adalah momen pulang bagi budaya yang sempat terpisah dari pemiliknya,” ujarnya.
Rani Jambak, komposer dan produser, membuktikan bahwa tradisi bisa dikembangkan tanpa kehilangan rohnya. Ia menunjukkan beberapa karyanya yang memadukan bunyi tradisional Minangkabau dengan musik modern, menunjukkan bahwa warisan budaya bisa tetap relevan diera sekarang.
Adapun moderator dari acara ini adalah ibu Dr.Rebecca Evelyn Laiya,MRE yang juga warek III Uniraya. Ada berbagai tanggapan dari audiens antara lain bapak Kristiaman Dakhi, pegiat budaya sekaligus penulis buku tentang Desa Hilisimaetanö, menyambut dengan antusias: “Sebagai pemuda desa, kami sungguh senang dan terharu. Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan,” Ujarnya diiringi tepuk tangan meriah. Ada juga dari generasi muda Irwansyah Sarumaha, seorang alumni Uniraya, pegiat literasi dan penulis buku menyatakan kebahagiaanya bahwa yang kembali ini bukan hanya suara biasa tapi suara emas dari leluhur Nias.
Pada kesempatan ini juga dilakukan penyerahan arsip rekaman Jaap Kunst kepada perwakilan Desa Hilisimaetanö, Uniraya serta keturunan dari suara-suara mereka yang direkam.
Kini, suara leluhur Nias yang tadinya disimpan di negeri yang jauh akhirnya kembali, menghidupkan kembali ingatan, kebanggaan, dan semangat untuk terus menjaga warisan yang hampir punah. (MD, YL, LD)
Dokumentasi: